Satu sisi Ang Tju Nek

ditulis oleh:
daniel kaligis


CAHAYA keemasan milik semua mahluk, manakala menggeliat dari rahim dan jadi penghuni semesta.

Ketika kita kembali pada jalan abadi milik sang Kreator, jiwa menggenggam sesuatu: “Siapa yang merasa tak pernah bersalah, silakan melempar mereka yang disangka berdosa.”

Tak ada tangan terancung, selain sesal.

Sejarah tak pernah mau didaur, hanya kenang berulang serupa. Jiwa-jiwa terlahir lagi, dan menempu takdirnya di bumi, mengembara semau jejak vision. Ada menjadi tetumbuhan, seperti siklus fana, merekah sebagai pucuk, bunga buah, melambai di tangkai-tangkai...

Ang Tju Nek, adalah suri teladan bagi keluarganya, sebab ia sudah ajarkan cara hidup yang mengasihi, dan sisi itulah diungkap anak-anaknya, Ika, Elly, Robert, Yessieca.

Senin, 10 September 2018, bersama keluarga, kerabat dan rekan datang beribadah dan menghaturkan simpati di Suite Room 111-112, Grand Heaven - Pluit, Jakarta Utara, lokasi di mana Ang Tju Nek disemayamkan.

Pendeta Yohanes Adrie yang memimpin Malam Penghiburan 10 September 2018, memetik Nats Yohanes 17:24: Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. “Doa sang Penebus itu, agar kita sekalian berada di Rumah Kekal yang sudah Dia sediakan.”

Tentang Ang Tju Nek, Pendeta Yohanes Onlyson memberi kesaksian mewakili keluarga dalam ibadah malam, “Pak Anggodo (Ang Tju Nek) mengerti apa arti perjuangan. Ia respect pada kakaknya (Ang Tju Hong) yang membanggakan, sebab kakaknya itu menjadi pelindung bagi semua keluarga. Hal ini yang menjadi contoh bagi kita sekalian bagaimana saling melindungi saling mengasihi. Saya melihat salib di mata Pak Anggodo, sebuah cahaya abadi bagi kita sekalian. Semoga kita boleh mengenang hal-hal yang baik dan melupakan khilaf masa lalu.”


Ang Tju Nek meninggal di Rumah Sakit Premier Nginden Surabaya pada Jumat, 7 September 2018. Sudah dimakamkan pada Selasa, 11 September 2018, di San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat.

SAJAK KEKAL

di atas langit ada ruang maha luas, 
punya para penemu pencipta dan pecinta...

beberapa dari kita sudah sering berkunjung di situ: 
memantau mimpi ditabur alam berpikir, nirvana di seberangmu,
langit keemasan.

tebing awan berganti bentuk berganti wajah dan warna, 
ditudungnya samudera, gunung, sungai, selokan, parit, dan hutang-hutang kita...

bila badai, kita terhempas ke tanah, 
dan angin tak bertanya siapa tuhanmu apa golongan darahmu apa anganmu...

langit, bilamana mimpi-mimpi menggelayut mesra dari gubuk bumi, 
bintang-bintang berkedip di atap kelam entah kekal...

anak-anaknya tumbuh seperti dahan, seperti bunga,
lalu kering di malam buta: tertawa, tangis, memanjang usia dan damai...

langit, di mana manusia menabur sajak-sajak. 
nelayan menjala pantainya di mana jejak dihapus gelombang pasang...

alang-alang berganti status rimba, 
rumah burung-burung dan layangan kehilangan musim...

tanah menjadi ibukota, mencakar langit, 
memanggang neraka sebagai penjara jarahan yang dikuras dari penyeragaman...

langit, adalah subuh berdentang memanggilmu bangkit...

langit, adalah siang dan petang, merentang kenang garang atau senang...

langit, malam yang ramai berkabut, dingin dan syahdu...

seorang anak manusia berpulang, menempuh kekal...
Selama jalan, Ang Tju Nek!



Comments

Popular Posts