ORASI BASI
tanahair ini milik bersama,
jadi jangan mengklaim peta punya sendiri...
saya tak pernah bercita-cita jadi presiden,
sebab saya hanya berbakat melatih anak-anak
memegang cangkul dengan tepat...
itu yang kubisa...
saya dapat belajar dengan mereka,
menggigit ikan dari soma dampar melemparnya
dalam keranjang...
wahai,
laut kita penuh perahu asing mendongeng
bendera ditiup badai,
berapa banyak anak-anak nelayan mampu menulis membaca rasi?
yang menenteng joran hanyut di perempatan
menunggu hijau berubah merah,
menyanyi alat pancing receh ibah yang ganas!
saya, hanya mampu menulis sajak:
tanah tergadai air terprivatisasi,
dan dakiku nan basi...
tak mungkin berkhayal jadi legislator,
sebab saya bodoh mengalkulasi proyek-proyek
setir-setor...
berapa banyak dosa regulasi?
saya menodong pegawai imigrasi,
menolak lambai pesannya,
lalu bersua di negeri seberang,
tempat di mana pelancong menyulap banding,
harga monumen-monumen seperti semen aspal
besi ditawar nasi...
itu senyummu plural,
senyumku munafik,
memanjang sepanjang garis pantai kepentingan!
lalu, untuk apa restorasi?
bibit tertabur sensasi.
karma berbuah tanpa musim...
__________
DAX31082018
__________













Comments
Post a Comment